This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, 4 April 2013

Korupsi !!!




Apa sih koruptor itu? 



Untuk mengurai kata KORUPSI itu satu demi satu, mari kita mulai:

Pertama, hurup “K”, kurang bersyukur kepada Tuhan. Nah koruptor ini adalah orang yang kurang bersyukur atau tidak pandai bersyukur terhadap nikmat atau karunia yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Jadi walau sudah kaya dan bergaji besar serta mempunyai kedudukan tinggi tetap saja korupsi! Dirinya selalu merasa kurang, kurang dan kurang. Jadi kalau pakai istilah sebuah lagu,  hutan, gunung dan lautapun mau dimakannya! Wowwww besar kalo seperti ini modelnya.

Kedua, hurup “O”, omongannya selalu manis, terutama ketika diadakan pemilu, ya janjinyapun manis, demi rakyat, untuk rakyat. Namun setelah keduduknya di dapat di lembaga-lembaga yang terhormat, baik ditingkat pusat atau daerah, maka rakyat dilupakan. Yang terjadi adalah bagaimana mengambil uang negara sebanyak-banyaknya, dengan berbagai dalih dan argumentasi yang kelihatan masuk akal, agar tidak terhendus oleh KPK!

Ketiga, hurup”R”, rakus terhadap harta benda. Apa saja mau dimilikinya, dengan jalan apapun. sehingga dirumahnya yang megahpun bukan lagi nampak keindahan dan kenyamanan, tapi gudang! Rumah para koruptor indah dipandang mata, tapi rusak dalam pandangan hati nurani. Rumah itu megah, tapi sebenarnya kuburan! Mana ada rumah koruptur yang berisi rakhmat, taufik dan hidayahNya. Rumah yang birisi benda-benda hasil korupsi akan menjadi azab dikemudian hari, cepat atau lambat! Hidupnyapun tak tenang, jangan-jangan ketahuan, jangan-jangan terbongkar dan seterusnya.

Kempat, hurup”U”, usahanya sebanyak mungkin mengambil uang rakyat atau uang negara, lagi-lagi dengan berbagai cara atau manipulasi, ya seperti si gayus tambunan itu atau “gayus-gayus” yang lainnya. Sehingga kalau mereka tak ketahuan akan terlihat sangat tidak wajar antara gaji yang di dapat setiap bulannya, dengan rumah atau mobil mewah yang dimilikinya. Sebenarnya dengan ketidak wajaran ini, sudah bisa dicari dari mana asal harta-harta tersebut? Tapi  karena yang mengusut dan yang diusut sama-sama korupsi, ya sudah yang terjadi adalah TST(tahu sama tahu) atau kalau istilah lain” sesama setan jangan saling mengganggu!” atau” maling jangan teriak maling!” nanti  rakyat pada bingung!

Kelima, hurup”P”, “pantat botol” alias”muka badak” tak tahu malu, bergaya dengan mobil mewah, berjas dan berdasi, rumah menterang, bergaya, namun semuanya hasil korupsi! Kalau koruptor punya rasa malu, ya bukan koruptor namanya, yang repot keluarganya mendukung. Sang istri/suami(ternyata yang korupsi bukan hanya lelaki, perempuan juga ada yang korupsi) atau anak tidak tahu, atau tak mau tahu bahwa kalau dilihat gajinya, semestinya suami/istri atau bapak/ibunya tak punya ini semua, tapi mereka diam, pura-pura tak tahu dan baru menangis ketika suami atau bapaknya ditangkap KPK, diborgol,  masuk penjara! Jadi orang melakukan korupsi juga “di dukung” oleh keluarganya, keluarga koruptor adalah keluarga pantat botol, muka badak, tak tahu malu! Kan mestinya mereka mengingatkan suami atau bapaknya, jangan melakukan korupsi, bukanya mengingatkan bahkan menikmati dengan senang hati, jalan-jalan ke luar negeri dari hasil korupsi!

Keenam, hurup”S”, sikat sana sini, sikut sana sini, agar bisa memanipulasi sebanyak-banyak, entah itu kwintansi, proyek bodong, SPJ akal-akalan, seminar atau lokakarya tipu-tipu, study banding dan lain sebagainya. Pokoknya sikat sana sini, sikut sana sini yang penting dapat mengambil uang rakyat sebanyak-banyaknya. Rakyat menjerit kelaparan, atau rakyat menjadi semakin miskin karena ulahnya, tak peduli.

Ketujuh, hurup”I”, injak sana, injak sini. Siapa yang diinjak? Siapa lagi kalau bukan yang dibawahnya alias bawahan. Maka sering terjadi bawahan yang sudah gajinya jauh lebih kecil, masih di sunat, dipotong dengan berbagai dalih dan alasan. Terkadang antara yang diberikan dengan yang ditandatangani di kwitansi berbeda, yang dikasih 50 ke bawahan, yang dikwitansi 100! Bagaimana kalau bawahannya tak mau, siap-siap “disingkirkan” tidak diberikan job, dikucilkan, bahkan bisa dimutasi ke tempat yang jauh terpencil di ujung “dunia” sana atau bahkan dicari alasan yang dibuat-buat agar si bawahan yang “bandel” ini dipecat!


Dari beberapa berita tentang korupsi dan pengalaman yang kita temui tentang korupsi, ternyata faktor utama adalah kekuasaan yang menimbulkan niat dan kesempatan untuk melakukan korupsi. Ketika seseorang menduduki jabatan tinggi atau tertinggi pada sebuah lembaga. Baik lembaga pemerintah maupun lembaga swasta. Dengan posisi tersebut, ia memiliki kekuasaan penuh terhadap pengelolaan dan asset yang dimilki. Sehingga memunculkan niat dan kesempatan yang luas bagi orang untuk melakukan korupsi. Dengan jabatan juga bisa merubah sifat seseorang dari bersifat jujur, baik, berubah menjadi orang yang tidak jujur dan berlaku sewenang-wenangnya.

Salah satu contoh, ketika seseorang belum menjadi anggota DPR dan sesudah menjadi anggota DPR. Ketika belum menjadi anggota DPR dan mencalonkan diiri, luar biasa sekali sifat kebaikannya. Seakan-akan dial ah manusia yang paling bersih di dunia ini. menjelek-jelekkan orang lain dan berjanji akan memberantas dan tidak akan melakukan tindak pidana korupsi. Namun apa hasilnya, ketika menjadi anggota DPR, tidak sedikit yang lupa dengan komitmennya dan menyalahgunakan jabatannya itu untuk melakukan korupsi dan memperkaya diri. semua yang keluar dari mulut manisnya enak di dengar dah bahkan dengan tegasnya akan memberantas korupsi. sungguh sangat disayangkan jika semua orang berfikiran seperti itu.

Ketika bulan suci ramadhan mereka mensucikan harta mereka dengan membagikan sembako kepada fakir miskin, dengan santainya memngeluarkan kata seperti "Doakan yaa biar rezeki saya lancar" padahal yang diberikan itu hasil korupsi.


Bisa di simpulkan bahwa kedudukan atau jabatan menjadi faktor seseorang melakukan korupsi. Karena kedudukan dan kekekuasaan itu memberi peluang kesempatan dan niat untuk melakukan kejahatan. Wajar saja ketika sekarang ini orang banyak berambisi untuk menempati posisi strategis untuk bisa lebih mensejahtrakan hidupnya seperti posisi anggota DPR atau Pimpinan.

Lalu apakah pintu tobat bagi koruptor tertutup, tidak! Selama koruptor itu masih hidup dan dia bertobat lalu mengembalikan uang hasil korupsinya kepada negara, karena dia sudah menyesal ketika dipenjara dan tidak mengulangi perbuatannya lagi, insya Allah tobatnya diterima. Tentu tobat yang taubatan nasuha, tobat yang sunguh-sungguh, bukan tobat ketika di penjara, namun setelah keluar dari penjara, eh korupsi lagi! Yang begini mah pantas dihukum seberat-beratnya! Iya,  biar ada efek jera bagi koruptor lainnya, seperti yang dilakukan Cina. Masa Cina yang komunis berani bertindak tegas dan berani menghukum seberat-beratnya kepada para koruptor di negaranya, bahkan sampai hukuman mati! Kalau Indonesia karena punya sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, ya mungkin tidak sampai menghukum mati, cukup sampai setengah mati saja! andai saja di indonesia di terapkan hukum islam yaa pasti di potong tangannya kan, sayangnya di indonesia hanya di terapkan potong tahanan. #@*((&{>@%&^*_%$@*%^+#.....................