BAB I
PENDAHULUAN
Pendapatan perkapita merupakan
indikator yang digunakan secara luas untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu
masyarakat. Walaupun demikian harus diakui bahwa tingkat kesejahteraan suatu
masyarakat yang diukur menggunakan indikator pendapatan per kapita mengandung
beberapa kelemahan karena hanya memberi indikator rata – rata.
Contoh
ada 2 negara yaitu negara A dengan pendapatan per kapita US$ 1.200 dan negara B
dengan pendapatan per kapita US$ 1.800. Pertanyaanya, Apakah penduduk di negara
B lebih makmur di bandingkan penduduk di negara A ? Jawabannya, Belum tentu !
Mungkin saja pada negara B sebagian besar pendapatannya hanya merupakan
pendapatan rata – rata dari 20 pengusaha kaya dan masyarakat hanya merupakan
buruh dari duapuluh usahawan tersebut sedangkan pada Negara A pendapatan
perkapita itu benar – benar milik semua masyarakat. Misalkan saja bahwa
pendapatan tersebut terbentuk dari usaha industri rumah tangga yang di jalankan
oleh sebagian besar penduduk negara A.
Contoh dua negara A dan B tersebut menggambarkan
pentingnya pendstribusian pendapatan nasional dalam mengukur tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat negara.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata
penduduk suatu Negara. Variable yang digunakan untuk menghitung pendapatan per
kapita adalah pendapatan nasional dan jumlah penduduk.(Ekonomi pembangunan 1999 hal 36).
Pendapatan
perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk
di suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian
pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut.Pendapatan
perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat
pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan perkapitanya, semakin
makmur negara tersebut.
(http://itsmysoulin3.blogspot.com/2010/02/pendapatan-perkapita-negara-didunia.html)
Secara matematis, rumus perhitungan pendapatan per kapita
adalah
Pendapatan per kapita = Pendapatan Nasional Bruto (GNP) / Jumlah Penduduk
Pendapatan per kapita = Pendapatan Nasional Bruto (GNP) / Jumlah Penduduk
Pendapatan
per kapita (per capita income) adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu
negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan per
kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata
yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu.
Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu
dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut.
(http://tiaraputri.wordpress.com/2010/01/09/pendapatan-nasional-dan-pendapatan-perkapita/)
Pendapatan
perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat
pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan perkapitanya, semakin
makmur negara tersebut.
Konsep
pendapatan nasional yang biasa dipakai dalam menghitung pendapatan per kapita
pada umumnya adalah Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto
(PNB).
Menurut
Thomas Malthus Pendapatan perkapita adalah produksi pangan per kapita. (Pembangunan Ekonomi edisi 9, jilid 1
halaman 329).
Pendapatan
per kapita adalah taraf hidup rata- rata, laju inflasi. (Pengantar ilmu ekonomi Makro halaman 34).
Pendapatan
perkapita adalah pendapatan rata – rata penduduk suatu negara. Variabel yang
digunakan untuk menghitung pendapatan perkapita adalah Produk Domestik Bruto (
Pendapatan Nasional) dan jumlah penduduk. Secara sistematis,
Rumus penghitungan pendapatan
per kapita adalah sebagai berikut :
B.
Kegunaan
Pendapatan Per Kapita
Sebagai
indikator ekonomi yang mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu negara,
pendapatan per kapita di hitung secara berkala (Periodik) biasanya satu tahun. Manfaat
dari perhitungan pendapatan perkapita antara lain adalah sebagai berikut :
1) Untuk
melihat tingkat perbandingan kesejahteraan masyarakat suatu negara dari tahun
ke tahun.
2) Sebagai
data pebandingan kesejahteraan suatu negara dengan negara lain. Dari pendapatan
per kapita masing – masing negara dapat di lihat tingkst kesejahteraan tiap
negara.
3) Sebagai
perbandingan tingkat standar hidup suatu negara dengan negara lainnya. Dengan
mengambil dasar pendapatan perkapita dari tahun ke tahun, dapat di simpulkan
apakah pendapatan per kapita suatu negara rendah (bawah), sedang atau tinggi.
4) Sebagai
data untuk mengabil kebijakan di bidang ekonomi. Pendapatan per kapita dapat di
gunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil langkah di bidang ekonomi.
C.
Ketimpangan pendapatan per kapita antar
daerah
Selain
ketimpangan pendapatan internal dalam satu daerah, juga terdapat ketimpangan
pendapatan per kapita antar daerah. Ketimpangan ini timbul sebagai akibat dari
kondisi alam, alokasi dan pemanfaatan sumberdaya yang tidak sama antara satu
daerah dengan daerah lain. Salah satu model yang biasa dan dianggap cukup
representatif untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan per kapita itu
adalah indeks ketimpangan daerah (index of regional inequality) yang dikemukakan
Jeffrey G. Williamson (1965).
Williamson
mengemukakan model Vw (indeks tertimbang atau weighted index terhadap jumlah
penduduk) dan Vuw (tidak tertimbang atau un-weighted index) untuk mengukur
tingkat ketimpangan pendapatan per kapita suatu negara pada waktu tertentu.
Dari perhitungan yang dilakukan di beberapa negara terlihat bahwa ketimpangan
antar daerah itu cenderung berubah mengikuti suatu trend yang disebut sebagai
U-shape atau bentuk U. Yakni, pada tahap awal pembangunan derajat ketimpangan
pendapatan antar daerah meningkat (increasing), kemudian mengalami masa stabil,
seterusnya menjadi berkurang (decrease). Namun demikian untuk negara-negara
tertentu, bentuk U tersebut tidak sepenuhnya berlaku demikian. Ada
variasi-variasi tertentu yang bersifat khusus.
Sebab
itu sejak Repelita III 1979 s/d 1984, pemerintah memberi tekanan yang lebih
besar pada strategi pemerataan dari Trilogi Pembangunan (Pemerataan,
Pertumbuhan dan Stabilitas) yang sudah dipergunakan sejak REPELITA I. Strategi
pemerataan tersebut diberi penjelasan sebagai pemerataan kegiatan
pembangunan dan hasil-hasilnya.Ini dimaksudkan untuk melengkapi
pengertian dari strategi pemerataan sebelumnya yang seolah-olah hanya
dimaksudkan untuk pemerataan hasil-hasil pembangunan, tidak termasuk pemerataan
kegiatan pembangunan antar daerah.
Yang dimaksud Pendapatan perkapita disini adalah produk
regional netto atas biaya faktor produksi dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun. Adapun penyajian pendapatan dibedakan atas harga yang
berlaku semua agregat pendapatan dinilai atas harga yang berlaku semua agregat
pendapatan dinilai atas harga berlaku pada tahun perhitungan. Pada penyajian
atas harga konstan suatu tahun dasar, semua agregat pendapatan dinilai atas
dasar harga tetap yang terjadi pada tahun dasar. Berikut akan ditampilkan dalam
tabel dibawah ini pendapatan perkapita di Provinsi Gorontalo.
Pendapatan perkapita dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
No
|
Rincian
|
2003
|
2004
|
2005
|
1.
2.
3.
|
PDRB (Juta Rupiah)
Penduduk Pertengahan Tahun
PDRB Per kapita (Rp.)
|
2.479.720
881.057
2.814.483
|
2.801.544
896.004
3.126.710
|
3.386.866
909.654
3.723.246
|
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo,
Buku Saku: Gorontalo dalam Angka, 2006, h. 374
Laju
Inflasi
Diakhir tahun 2005 , indeks harga konsumen (IHK) secara umum
di Kota Gorontalo telah mencapai 135,45. lebih jauh lagi apabila dilihat secara
kelompok, IHK transport, komunikasi dan jasa keuangan merupakan yang tertinggi
dibandingkan dengan IHK transport, komunikasi dan jasa keuangan (163,64)
merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan IHK kelompok lainnya. Sebaliknya
IHK sandang hanya mencapai 107,24. dengan demikian, laju inflasi ditahun 2005
adalah 18,56 %, laju inflasi transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar
46,21 % diikuti oleh perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mencapai
21,64 % kemudian bahan makan sebesar 18,67 %, sedangkan untuk kelompok makanan
jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 9,60% kesehatan bernilai 8,41 %
begitu pula dengan inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga laju
inflasi mencapai 7,80 %. Kemudian laju inflasi pada kelompok sandang sebesar
3,20 %apabila dilihat setiap bulannya secara umum laju inflasi tertinggi
terjadi pada bulan desember yaitu mencapai 18,56 %, diikuti pada bulan November
dan Oktober sebesar 17,17 % dan 14,36 %. Sementara inflasi pada bulan-bulan
lainnya masing-masing kurang dari 5 %.
Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia pada
2010 mencapai US$3.004,9 atau Rp27 juta. Ini meningkat 13 persen ketimbang PDB
per kapita 2009 yang sebesar Rp23,9 juta atau US$2.349,6.
Hal tersebut
disampaikan Kepala BPS Rusman Heriawan dalam konferensi pers di kantornya,
Jakarta, Senin (7/2). Nilai PDB per kapita tersebut didapat dari pencapaian PDB
sebesar Rp6.422,9 triliun dibagi dengan jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,
6 juta orang.Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita juga meningkat dari Rp23,1
juta atau US$2.267,3 pada 2009 menjadi Rp26,3 juta atau US$2.920,1 pada 2010.
"Terjadi peningkatan sebesar 13,9%," kata Rusman.
Selama periode
Agustus 2009-Agustus 2010 (year on year/yoy), lapangan kerja baru tercipta
sebanyak 3,34 juta. Dengan pertumbuhan ekonomi 6,1%, lapangan kerja baru
tercipta sebanyak 548 ribu dari setiap 1% pertumbuhan ekonomi.
Sampai dengan
Agustus 2010, lapangan kerja yang tercipta sebanyak 108,21 juta. Jumlah
tersebut meningkat dari 2009 yang sebanyak 104,87 juta.(MI/ICH)
Pendapatan per Kapita Indonesia akan Capai 17.000 Dolar
AS/Tahun
Hatta menerangkan, sejauh ini berdasarkan catatan
Bank Indonesia (BI) pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6 persen pada 2010
dan diperkirakan akan meningkat menjadi 6,5 persen pada 2011.
"Dengan
demikian prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan
sebelumnya," papar Hatta. Menko Perekonomian memperkirakan pada 2030
pendapatan per kapita Indonesia sudah diatas 17.000 dolar AS pertahun.
Hal tersebut
menurut Hatta menimbang kondisi perekonomian Indonesia yang mengalami
pertumbuhan cukup pesat dan terus meningkat sejak 1970. "Pada akhir 2010
saja diperkirakan pendapatan per kapita Indonesia sudah mencapai 3.000 dolar AS
pertahun. Jumlah ini sudah diluar target pemerintah selama ini,"
ungkapnya.
Menurut
Hatta, disamping tetap kuatnya permintaan domestik, perbaikan terutama
bersumber dari sisi eksternal sejalan dengan pemulihan ekonomi global, seperti
terlihat dari ekspor yang mencatat pertumbuhan positif sejak triwulan IV-2009
juga merupakan pendongkrak perekonomian Indonesia.
Kendati
demikian Hatta memandang pembangunan ekonomi yang cukup berhasil tersebut
tampaknya tidak atau belum berdampak positif terhadap tingkat angka kemiskinan
di seluruh wilayah RI.
"Untuk
itu sedapat mungkin hal ini harus ada jalan keluarnya dan menjadi
"PR" tidak hanya bagi pemerintah pusat, namun juga bagi pemerintah
daerah termasuk Riau," jelasnya.Beberapa tahun belakang, tuturnya, tingkat
kemiskinan dan pengangguran juga cenderung meningkat.
Pada tahun
2005, terangnya, jumlah penduduk miskin Indonesia ada sekitar 118 juta jiwa,
jumlah ini adalah sekitar 53,8 persen dari jumlah penduduk Indonesia
seluruhnya."Sudah saatnya, dengan kondisi ini kita harus ekstra mencari
jalan keluar yang tepat sehingga angka kemiskinan atau pengangguran tidak lagi
meningkat dari tahun ketahun," ringkasnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ø Keberhasilan
perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi
antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita,
tingkat kesempatan kerja, tingkat harga umum, dan posisi neraca pembayaran suatu negara.
Ø Manfaat
perhitungan Pendapatan per kapita :
1) Untuk
melihat tingkat perbandingan kesejahteraan masyarakat suatu negara dari tahun
ke tahun.
2) Sebagai
data pebandingan kesejahteraan suatu negara dengan negara lain. Dari pendapatan
per kapita masing – masing negara dapat di lihat tingkst kesejahteraan tiap
negara.
3) Sebagai
perbandingan tingkat standar hidup suatu negara dengan negara lainnya. Dengan
mengambil dasar pendapatan perkapita dari tahun ke tahun, dapat di simpulkan
apakah pendapatan per kapita suatu negara rendah (bawah), sedang atau tinggi.
4) Sebagai
data untuk mengabil kebijakan di bidang ekonomi. Pendapatan per kapita dapat di
gunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil langkah di bidang ekonomi.
Daftar Pustaka
-
Arsyad,Lincolin (1999). Ekonomi
Pembangunan. Yogyakarta : Edisi 4
-
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/10/12/20/153308-hatta-pendapatan-per-kapita-indonesia-akan-capai-17-000-dolar-as-tahun
0 komentar:
Post a Comment